Kekalahan Indonesia U-23 dari tim Malaysia U-23 di cabang final sepakbola Sea Games 2011 tanggal 21 November 2011 kemarin agaknya berhasil memberikan “stimulus” yang cukup besar buat saya untuk memutuskan kembali menuangkan pikiran saya dalam tulisan ini. Entah kenapa, semua “unek-unek” di otak ini rasanya harus disampaikan.
Yang membuat saya tidak habis pikir dan yang membuat saya “kesal” adalah setelah kekalahan tersebut, banyak sekali orang yang mengatakan tetap bangga dengan timnas, kalah terhormat, tetaplah pulang dengan kepala tegak, dan kata-kata pujian lainnya seolah timnas adalah tim yang juara malam itu.
Tanpa bermaksud untuk mengecilkan makna perjuangan para pemain timnas, menyinggung pihak manapun dan tanpa mencoba memberikan penilaian terhadap pribadi orang lain, saya hanya merasa bahwa kata-kata pujian itu bukanlah hal yang pantas diterima oleh para pemain timnas. Kalau dengan menjadi juara dua saja timnas kita sudah dipuja-puja seperti itu, kapan mereka akan punya semangat untuk menjadi juara pertama?
PERTAMA. The Absolute Best.
Tidak ada juara dua yang tercatat dalam sejarah, tidak ada orang yang ingat siapa juara dua cabang sepak bola Sea Games 2009 lalu, tidak ada yang ingat juara dua Euro 2008, tidak ada yang ingat siapa juara dua piala dunia 2010.
Herannya, kenapa kita selalu bangga dengan gelar “hampir” tersebut?
Di piala Asia lalu, kita menang 1-0 dari Bahrain, imbang 1-1 dengan Arab Saudi, dan kalah 0-1 dari Korea Selatan. Seusai piala Asia tersebut, semua orang langsung mengatakan perjuangan timnas kita sudah LUAR BIASA. Kita HAMPIR dapat mengimbangi tim-tim besar langganan piala dunia.
Piala AFF 2010, kita lagi-lagi “hampir” menjadi juara. Dan hampir kebanggaan kita yang terbaru adalah kita “hampir” menjadi juara di Sea Games 2011 kemarin.
Pertanyaan selanjutnya, lalu kenapa? Ke mana semua “hampir” itu membawa kita? Bukankah itu hanya kebanggaan semu?
Kalau mau dibilang bahwa juara memang hanya hasil akhir, yang penting kita telah bermain baik. Apakah benar kita bermain baik di Sea Games 2011 kemarin? Kita menang lawan Laos yang memang anak bawang, menang lawan singapura yang 10 pemain, dan Thailand yang 9 pemain. Di kandang sendiri. Kita kalah lawan Malaysia, dua kali. Itu dari segi hasil.
Dari segi teknik permainan? Saya memang bukan dewa sepakbola, tapi rasanya dari segi teknik bermain pun timnas kita tidak bermain secara kolektif, secara taktis. Tidak tercipta sebuah pola permainan yang jelas. Tidak ada operan-operan yang memperlihatkan bahwa ini adalah sebuah gol hasil kerja sama tim. Strategi kita adalah : mengandalkan skill individu alias kecepatan dari penyerang-penyerang kita untuk menerobos pertahanan lawan.
Kemana semua kebanggaan “hampir” menang tersebut membawa kita? Tidak kemana-mana menurut saya, kecuali membawa kita ke kepuasaan diri yang terlalu dini.
Saya bakal cinta timnas Indonesia, sampai mati. Karena itu saya menulis tulisan ini.
Ini sumbangan saya, yang walaupun mungkin tidak banyak berarti, tapi semoga bisa memberikan pandangan baru, pola pikir baru terhadap cara kita melihat kemenangan atau kekalahan.
Supaya timnas kita bisa Berjaya, menjadi yang nomor 1. Bukan hanya HAMPIR nomor 1.
Rabu, 23 November 2011
11.50 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar